Ini adalah
kisah dari salahsatu teman saya, sewaktu dia belum dikaruniai keturunan,
tiba-tiba ada orang entah siapa orang tersebut, menaruh seorang bayi perempuan
tanpa identitas di depan pintu rumahnya.
Mima,
sebutlah nama teman saya tersebut. Pada saat itu, mima beserta keluarga
sangatlah terkejut mendapatkan bayi mungil yang tampaknya baru lahir tergeletak
depan pintu rumah. Menyebarkan berita kepada warga setempat pun telah
dilakukan, namun tak ada seorangpun yang mengakui memiliki bayi tersebut.
Mima dan
suaminya yang ketika itu kebetulan belum dikaruniai keturunan, tentulah sangat
merasa bersyukur atas kehadiran bayi mungil tersebut ditengah keluarganya,
namun perasaan khawatir pun tak jarang menghantui fikiran mereka, karena takut
suatu saat ada yang mengakui bayi tersebut.
Pada waktu
itu mima juga adalah seorang pekerja swasta, sehingga dia tidak bisa merawat
sepenuhnya bayi tersebut, sehingga orangtua mima lah yang merawatnya. Dengan
senang hati pihak keluarga mima merawat bayi tersebut dan penuh kasih sayang.
Hari-hari
yang dilalui keluarga mima saat itu terasa bahagia karena ada keceriaan dan
tangis bayi yang mewarnai heningnya suasana rumah yang selama ini tidak
dirasakan. Setelah sekian lama bayi itu terawat dengan baik, tanpa ada halangan
sedikitpun terutama ada pihak yang mengaku-ngaku sebagai orang tua kandung dari
bayi tersebut.
Tentunya
mima beserta suami merasa bahagia, karena selain mereka waktu itu merasa telah
jadi orang tua, disamping itu juga menurut orangtua jaman dulu, merawat bayi
dengan sepenuh hati walaupun bukan darah daging kita, dapat dijadikan sebagai
pancingan agar pasangan suami istri segera dikaruniai keturunan.
Namun pada
waktu itu, perjalanan mima dan suami ketika merawat “zahra” sebutlah nama bayi
tersebut, tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Hal itu terlihat ketika zahra
sedang lucu-lucunya entah pada usia berapa kala itu, tiba-tiba ada seorang
wanita muda yang mengaku sebagai ibu kandungnya.
Bahkan,
ketika itu perempuan tersebut berniat mengambil kembali zahra yang telah sekian
lama dirawat oleh keluarga mima. Perempuan tersebut mengaku bahwa ketika itu
dia khilaf karena terbelit dengan beberapa masalah yang sehingga mengharuskan
dia menghilangkan bayinya dari pangkuannya saat itu.
Pada saat
itu, keluarga mima merasa keberatan dengan keinginan perempuan tersebut untuk
mengambil zahra karena pihak keluarga mima merasa tidak yakin bahkan takut jika
perempuan tersebut hanya mengada-ada saja. Karena terbentur biaya atau mungkin
masalah lain, ketika itu tak ada seorang pun yang mencoba untuk meng’tes DNA
dari perempuan yang mengaku sebagai ibu kandungnya zahra tersebut.
Stelah
sekian lama beradu argumen, dan mungkin beberapa kali pertemuan akhirnya ada
kesepakatan bahwa, perempuan tersebut tidak akan mempermasalahkan kembali
status dia dan zahra, asalkan dirawat secara baik. Dan akhirnya keputusan
tersebut diambil kedua belah pihak dengan perasaan lega.
Zahra yang
dirawat secara baik oleh keluarga mima kala itu, tumbuh dengan sehat. Dan kala
itu, ketika usia zahra semakin bertambah, ternyata mima pun dikaruniai
keturunan yang merupakan anak pertama bagi mima dan suaminya. Namun, kasih
sayang mereka terhadap zahra tidak sedikitpun berkurang kala itu, mereka tetap
menganggap zahra sebagai anak pertamanya.
Zahra
semakin tumbuh, dan mima pun kembali dikaruniai anak keduanya, yakni kini anak
mima ditambah zahra menjadi tiga orang. Suasana rumah menjadi semakin ramai.
Namun, tak jarang masalah ekonomi ,menjadi masalah dalam mengurus ketiga
anaknya yang semakin hari semakin menambah pengeluarannya.
Kini, zahra
sudah duduk dibangku Sekolah Dasar, dan kedua adiknya yang satu sudah TK namun
yang satunya lagi masih balita. Keluarga mima sangat bersyukur atas karunia
yang telah dimiliki oleh keluarganya tersebut. Mima dan suami pun merasa
bangga, karena telah merawat ketiga anaknya dengan penuh rasa kasih sayang yang
adil, meskipun salah satu dari ketiga anak tersebut bukanlah anak kandungnya.
Sampai saat
ini, mima dan keluarga belum lah berani menceritakan hal yang sebenarnya terhadap
zahra dengan alasan tidak tega jika suatu saat zahra harus mengetahui kenyataan
yang sebenarnya. Namun mima dan keluarga tidak jarang merasa khawatir jika
suatu saat nanti zahra menikah tentu harus ada ayah kandung zahra yang jadi
wali pernikahan. Hal itulah yang kini membebani fikiran mima dan keluarga.
Usia zahra
yang semakin hari semakin bertambah, membuat zahra menjadi semakin aktif dalam
bertanya dan terkadang menanyakan hal yang diluar keluarga fikirkan. Seperti pada
beberapa pekan yang lalu, ketika disekolah zahra diadakan tes golongan darah. Pada
waktu itu zahra sangat bersemangat mengikuti tes tersebut, karena zahra belum
mengetahui bahwa ternyata golongan darahnya dengan kedua orangtuanya ternyata
berbeda.
Pada waktu
itu, setelah zahra mengikuti tes golongan darah, sebelum hasil tesnya keluar,
namun zahra telah mengetahui golongan darah kedua adiknya yang satu sama lain
golongan darahnya sama dengan orangtuanya.
Namun,
setelah hasil tes golongan darah zahra keluar, zahra kaget karena ternyata
golongan darahnya berbeda dengan kedua adiknya tersebut. Sepulah dari sekolah
zahra langsung bertanya kepada neneknya, namun nenek zahra terus berusaha
mengalihkan topik pembicaraan.
Sepulang
mima dari tempat kerja, terlihat zahra tidaklah ceria seperti biasanya bahkan
terlihat bingung seperti ada yang hendak ditanyakan. Namun, sebelum mima
bertanya kepada zahra, keburu ibunya mima menceritakan tentang pertanyaan zahra
sepulang sekolah kepada ibunya mima, lalu mima pun mengerti dan perlahan
mendekati zahra dengan memberikan sedikit hiburan dan berusaha meyakinkan zahra
bahwa golongan darah berbeda itu adalah hal yang biasa sehingga zahra yang
masih polos itu percaya dengan perkataan mima.
Walaupun zahra
masih terlalu kecil untuk menyikapi masalah orangtuanya, namun ditengah
keceriaan zahra saat ini, walaupun zahra berusaha seperti terlihat bahagia,
namun terkadang setiap apapun yang dilakukan kedua orangtuanya itu terasa beda
dengan perlakuannya kepada kedua adiknya, kini zahra pun selalu menanyakannya
seolah zahra sudah mengetahui kenyataan tentang dirinya saat ini.
Suatu ketika,
kedua adik zahra dibelikan baju oleh mima dan ternyata zahra mengetahuinya,
zahra langsung bertanya dan berusaha memarahi keadaan dengan menggerutu bahwa
zahra bukan anak kandung mama dan papa nya. Mima yang selalu terlihat kaget
ketika zahra untuk sekian kalinya menanyakan hal itu, sampai sejauh ini belum
kehabisan cara dalam menjawab dan mengalihkan pembicaraan zahra.
Dan untuk
menutupi ketidak jujuran mima, lalu mima pun membelikan zahra baju baru seperti
yang zahra inginkan. Namun, semua itu tidaklah menyelesaikan masalah, karena
tak jarang mima pun kini kurang memperhatikan zahra. Bahkan, dikarenakan mima
hanya memiliki speda motor biasa, untuk jalan-jalan pun kerap kali zahra tidak
diikut serta kan dengan alasan motor mereka sudah tidak cukup.
Mungkin saat
ini perasaan zahra sangatlah kalut, beberapa pertanyaan kini menyertai fikiran
zahra, namun sepertinya tak ada jawaban satupun yang membuat zahra lega dan
tenang. Kini hari-hari zahra lebih sering bersama neneknya dan hanya bermain
dengan anak-anak tetangga neneknya tentunya yang seusia dengan zahra. Baca juga Perasaan Perempuan Yang Gagal Menikah.
Begitulah sekilas
kisah nyata tentang zahra, yang dahulunya seorang
bayi yang ditinggalkan didepan pintu rumah warga oleh ibu kandung nya. Kisah
ini belum berakhir, namun semoga saja zahra selalu mendapatkan perlindungan
oleh Alloh swt,, dan semoga mima dan keluarga dapat menjadi keluarga zahra yang
adil dan bijaksana bagi keturunannya yang selalu diberikan rahmat dan rejeki
yang cukup. Aammiin....
Semoga bermanfaat
dan dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua. Ikuti terus ya kisah selanjutnya
di coretanku1985.blogspot.com
Ceritanya sangat menarik sekali,namun yang jadi pertanyaan saya ,sekarang Zahra itu kelas berapa yah,kok sudah mengerti soal golongan darah,luarbiasa sekali tuh,hehe,,,,,ok saya tunggu lanjutan cerita Zahra selanjutnya,,,,,
BalasHapusNice post mbak Tien.....
Zahra sekarang duduk di kelas 4 SD mas,,yaa mungkin saja pernah diceritakan oleh orang lain,,atau mungkin sering lihat sinetron2 di tv x ya mas,,hehe
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusceritanya sangat menarik nih, terus zahra sekarang udah besar belum ya... padahal saya ingin sekali punya anak perempuan...
BalasHapusTrmksh nih udh hdir lg xixixi,,,,zahra kelas 4 SD mas,,
Hapus