Selasa, 10 Juni 2014

Seorang Bayi yang Ditinggalkan di Depan Pintu Rumah Warga



Ini adalah kisah dari salahsatu teman saya, sewaktu dia belum dikaruniai keturunan, tiba-tiba ada orang entah siapa orang tersebut, menaruh seorang bayi perempuan tanpa identitas di depan pintu rumahnya.

Mima, sebutlah nama teman saya tersebut. Pada saat itu, mima beserta keluarga sangatlah terkejut mendapatkan bayi mungil yang tampaknya baru lahir tergeletak depan pintu rumah. Menyebarkan berita kepada warga setempat pun telah dilakukan, namun tak ada seorangpun yang mengakui memiliki bayi tersebut.

Mima dan suaminya yang ketika itu kebetulan belum dikaruniai keturunan, tentulah sangat merasa bersyukur atas kehadiran bayi mungil tersebut ditengah keluarganya, namun perasaan khawatir pun tak jarang menghantui fikiran mereka, karena takut suatu saat ada yang mengakui bayi tersebut.

Pada waktu itu mima juga adalah seorang pekerja swasta, sehingga dia tidak bisa merawat sepenuhnya bayi tersebut, sehingga orangtua mima lah yang merawatnya. Dengan senang hati pihak keluarga mima merawat bayi tersebut dan penuh kasih sayang.

Hari-hari yang dilalui keluarga mima saat itu terasa bahagia karena ada keceriaan dan tangis bayi yang mewarnai heningnya suasana rumah yang selama ini tidak dirasakan. Setelah sekian lama bayi itu terawat dengan baik, tanpa ada halangan sedikitpun terutama ada pihak yang mengaku-ngaku sebagai orang tua kandung dari bayi tersebut.

Tentunya mima beserta suami merasa bahagia, karena selain mereka waktu itu merasa telah jadi orang tua, disamping itu juga menurut orangtua jaman dulu, merawat bayi dengan sepenuh hati walaupun bukan darah daging kita, dapat dijadikan sebagai pancingan agar pasangan suami istri segera dikaruniai keturunan.

Namun pada waktu itu, perjalanan mima dan suami ketika merawat “zahra” sebutlah nama bayi tersebut, tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Hal itu terlihat ketika zahra sedang lucu-lucunya entah pada usia berapa kala itu, tiba-tiba ada seorang wanita muda yang mengaku sebagai ibu kandungnya.

Bahkan, ketika itu perempuan tersebut berniat mengambil kembali zahra yang telah sekian lama dirawat oleh keluarga mima. Perempuan tersebut mengaku bahwa ketika itu dia khilaf karena terbelit dengan beberapa masalah yang sehingga mengharuskan dia menghilangkan bayinya dari pangkuannya saat itu.

Pada saat itu, keluarga mima merasa keberatan dengan keinginan perempuan tersebut untuk mengambil zahra karena pihak keluarga mima merasa tidak yakin bahkan takut jika perempuan tersebut hanya mengada-ada saja. Karena terbentur biaya atau mungkin masalah lain, ketika itu tak ada seorang pun yang mencoba untuk meng’tes DNA dari perempuan yang mengaku sebagai ibu kandungnya zahra tersebut.

Stelah sekian lama beradu argumen, dan mungkin beberapa kali pertemuan akhirnya ada kesepakatan bahwa, perempuan tersebut tidak akan mempermasalahkan kembali status dia dan zahra, asalkan dirawat secara baik. Dan akhirnya keputusan tersebut diambil kedua belah pihak dengan perasaan lega.

Zahra yang dirawat secara baik oleh keluarga mima kala itu, tumbuh dengan sehat. Dan kala itu, ketika usia zahra semakin bertambah, ternyata mima pun dikaruniai keturunan yang merupakan anak pertama bagi mima dan suaminya. Namun, kasih sayang mereka terhadap zahra tidak sedikitpun berkurang kala itu, mereka tetap menganggap zahra sebagai anak pertamanya.

Zahra semakin tumbuh, dan mima pun kembali dikaruniai anak keduanya, yakni kini anak mima ditambah zahra menjadi tiga orang. Suasana rumah menjadi semakin ramai. Namun, tak jarang masalah ekonomi ,menjadi masalah dalam mengurus ketiga anaknya yang semakin hari semakin menambah pengeluarannya.

Kini, zahra sudah duduk dibangku Sekolah Dasar, dan kedua adiknya yang satu sudah TK namun yang satunya lagi masih balita. Keluarga mima sangat bersyukur atas karunia yang telah dimiliki oleh keluarganya tersebut. Mima dan suami pun merasa bangga, karena telah merawat ketiga anaknya dengan penuh rasa kasih sayang yang adil, meskipun salah satu dari ketiga anak tersebut bukanlah anak kandungnya.

Sampai saat ini, mima dan keluarga belum lah berani menceritakan hal yang sebenarnya terhadap zahra dengan alasan tidak tega jika suatu saat zahra harus mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Namun mima dan keluarga tidak jarang merasa khawatir jika suatu saat nanti zahra menikah tentu harus ada ayah kandung zahra yang jadi wali pernikahan. Hal itulah yang kini membebani fikiran mima dan keluarga.

Usia zahra yang semakin hari semakin bertambah, membuat zahra menjadi semakin aktif dalam bertanya dan terkadang menanyakan hal yang diluar keluarga fikirkan. Seperti pada beberapa pekan yang lalu, ketika disekolah zahra diadakan tes golongan darah. Pada waktu itu zahra sangat bersemangat mengikuti tes tersebut, karena zahra belum mengetahui bahwa ternyata golongan darahnya dengan kedua orangtuanya ternyata berbeda.

Pada waktu itu, setelah zahra mengikuti tes golongan darah, sebelum hasil tesnya keluar, namun zahra telah mengetahui golongan darah kedua adiknya yang satu sama lain golongan darahnya sama dengan orangtuanya.

Namun, setelah hasil tes golongan darah zahra keluar, zahra kaget karena ternyata golongan darahnya berbeda dengan kedua adiknya tersebut. Sepulah dari sekolah zahra langsung bertanya kepada neneknya, namun nenek zahra terus berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Sepulang mima dari tempat kerja, terlihat zahra tidaklah ceria seperti biasanya bahkan terlihat bingung seperti ada yang hendak ditanyakan. Namun, sebelum mima bertanya kepada zahra, keburu ibunya mima menceritakan tentang pertanyaan zahra sepulang sekolah kepada ibunya mima, lalu mima pun mengerti dan perlahan mendekati zahra dengan memberikan sedikit hiburan dan berusaha meyakinkan zahra bahwa golongan darah berbeda itu adalah hal yang biasa sehingga zahra yang masih polos itu percaya dengan perkataan mima.

Walaupun zahra masih terlalu kecil untuk menyikapi masalah orangtuanya, namun ditengah keceriaan zahra saat ini, walaupun zahra berusaha seperti terlihat bahagia, namun terkadang setiap apapun yang dilakukan kedua orangtuanya itu terasa beda dengan perlakuannya kepada kedua adiknya, kini zahra pun selalu menanyakannya seolah zahra sudah mengetahui kenyataan tentang dirinya saat ini.

Suatu ketika, kedua adik zahra dibelikan baju oleh mima dan ternyata zahra mengetahuinya, zahra langsung bertanya dan berusaha memarahi keadaan dengan menggerutu bahwa zahra bukan anak kandung mama dan papa nya. Mima yang selalu terlihat kaget ketika zahra untuk sekian kalinya menanyakan hal itu, sampai sejauh ini belum kehabisan cara dalam menjawab dan mengalihkan pembicaraan zahra.

Dan untuk menutupi ketidak jujuran mima, lalu mima pun membelikan zahra baju baru seperti yang zahra inginkan. Namun, semua itu tidaklah menyelesaikan masalah, karena tak jarang mima pun kini kurang memperhatikan zahra. Bahkan, dikarenakan mima hanya memiliki speda motor biasa, untuk jalan-jalan pun kerap kali zahra tidak diikut serta kan dengan alasan motor mereka sudah tidak cukup.

Mungkin saat ini perasaan zahra sangatlah kalut, beberapa pertanyaan kini menyertai fikiran zahra, namun sepertinya tak ada jawaban satupun yang membuat zahra lega dan tenang. Kini hari-hari zahra lebih sering bersama neneknya dan hanya bermain dengan anak-anak tetangga neneknya tentunya yang seusia dengan zahra. Baca juga Perasaan Perempuan Yang Gagal Menikah.

Begitulah sekilas kisah nyata tentang zahra, yang dahulunya seorang bayi yang ditinggalkan didepan pintu rumah warga oleh ibu kandung nya. Kisah ini belum berakhir, namun semoga saja zahra selalu mendapatkan perlindungan oleh Alloh swt,, dan semoga mima dan keluarga dapat menjadi keluarga zahra yang adil dan bijaksana bagi keturunannya yang selalu diberikan rahmat dan rejeki yang cukup. Aammiin....

Semoga bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua. Ikuti terus ya kisah selanjutnya di coretanku1985.blogspot.com

5 komentar:

  1. Ceritanya sangat menarik sekali,namun yang jadi pertanyaan saya ,sekarang Zahra itu kelas berapa yah,kok sudah mengerti soal golongan darah,luarbiasa sekali tuh,hehe,,,,,ok saya tunggu lanjutan cerita Zahra selanjutnya,,,,,
    Nice post mbak Tien.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Zahra sekarang duduk di kelas 4 SD mas,,yaa mungkin saja pernah diceritakan oleh orang lain,,atau mungkin sering lihat sinetron2 di tv x ya mas,,hehe

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. ceritanya sangat menarik nih, terus zahra sekarang udah besar belum ya... padahal saya ingin sekali punya anak perempuan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trmksh nih udh hdir lg xixixi,,,,zahra kelas 4 SD mas,,

      Hapus